Sejak penutupan TikTok Shop beberapa waktu yang lalu, tidak lama kemudian muncul fenomena ‘fake buyer’. Hal tersebut langsung membuat banyak orang penasaran apa yang dimaksud dengan fake buyer tersebut. Karena hal itu kemudian viral di sosial media dan bahkan di bahas di berbagai podcast yang membuat kita makin penasaran.
Belakangan ini diketahui bahwa fake buyer merupakan sebuah taktik yang digunakan oleh para penjual online untuk merekrut orang-orang tertentu untuk melakukan pembelian palsu terhadap produk mereka. Nah apa tujuannya dan bagaimana cara kerjanya? Semua akan Jakarta Studio bahas dalam artikel berikut ini.
Pengertian Fake Buyer
Istilah fake buyer merujuk kepada individu atau kelompok yang berperan sebagai pembeli palsu dalam transaksi perdagangan online. Biasanya mereka direkrut oleh pelaku seller online untuk melakukan fake order di toko mereka. Praktik ini seringkali melibatkan ulasan palsu atau testimoni positif yang dibuat oleh fake buyer untuk meningkatkan reputasi dan rating toko online yang telah merekrutnya.
Pada dasarnya, fake buyer digunakan oleh pemilik toko online sebagai strategi untuk meningkatkan penjualan secara terselubung. Mereka dibayar atau diberi insentif untuk melakukan transaksi palsu dan memberikan ulasan palsu yang positif. Dimana hal tersebut dapat mengecoh calon pembeli asli dan membuat mereka percaya bahwa produk atau layanan tersebut memiliki ulasan positif dari pelanggan yang sebenarnya.
Praktik fake buyer tidak hanya merugikan integritas bisnis online, tetapi juga dapat membingungkan konsumen yang mencari informasi yang akurat dan transparan sebelum melakukan pembelian. Sehingga review positif yang didapat dari sebuah toko online menjadi tidak valid karena hanya hasil dari fake buyer yang telah direkrut sebelumnya.
Cara Kerja Fake Buyer
Untuk lebih memahami tentang bagaimana mekanisme fake buyer ini bekerja dalam bisnis online, berikut Jakarta Studio sudah rangkum penjelasannya untuk kalian :
1. Rekrutmen
Fake buyer bisa direkrut oleh pemilik toko online atau penjual melalui berbagai metode, termasuk melalui aplikasi obrolan, grup freelance, atau platform khusus. Mereka menjadi bagian dari jaringan yang berfungsi untuk memberikan dukungan palsu.
2. Transaksi Palsu
Fake buyer akan melakukan transaksi palsu dengan berpura-pura membeli produk atau layanan. Mereka mungkin melakukan check out atau pembelian palsu seperti saat toko online melakukan live streaming atau penjualan langsung.
3. Bayaran atau Insentif
Fake buyer biasanya menerima bayaran atau insentif, seringkali dalam bentuk uang atau produk gratis, sebagai imbalan atas peran mereka dalam praktik ini. Sehingga tak heran banyak yang berminat untuk menjadi fake buyer ini.
4. Ulasan Palsu
Setelah transaksi palsu selesai, fake buyer akan memberikan ulasan palsu yang menciptakan kesan bahwa produk atau layanan tersebut sangat baik. Ulasan ini dimaksudkan untuk meningkatkan rating dan reputasi toko online. Sehingga jika ada calon pembeli lain yang melihat ulasan tersebut, maka bisa lebih cepat percaya.
Dampak Negatif dari Fake Buyer
Praktik fake buyer dalam dunia jual beli online tentu bisa merugikan, khususnya bagi calon pembeli lain dan juga kompetitor yang bersaing secara sehat. Berikut beberapa dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh fake buyer dalam praktik online shop :
1. Pengaruh Buruk pada Persaingan Bisnis
Fake buyer merupakan salah satu bentuk persaingan yang tidak fair dan tidak jujur. Ia bisa menciptakan ketidakadilan dalam pasar online karena pemilik toko yang menggunakan fake buyer mendapatkan manfaat dengan cara yang tidak legal untuk meningkatkan reputasi dan penjualan produk mereka.
2. Kerugian Bagi Kompetitor
Bagi penjual online yang berusaha menjalankan bisnis mereka dengan jujur dan transparan, fake buyer dapat menjadi ancaman yang serius. Mereka harus bersaing dengan pesaing yang menggunakan taktik yang tidak fair untuk meningkatkan penjualan, yang pada akhirnya akan merugikan kompetitor yang menjalankan bisnis mereka dengan jujur dan adil.
3. Mempengaruhi Reputasi dan Kepercayaan Konsumen
Fake buyer diguankan untuk menciptakan kesan palsu tentang kualitas dan kepuasan produk atau layanan. Ulasan dan testimoni palsu ini dapat menipu konsumen yang mencari informasi yang akurat tentang produk produk yang ditawarkan. Akibatnya, kepercayaan konsumen terhadap platform dan penjual online dapat terkikis seiring berjalannya waktu.
Kesimpulan
Nah itulah penjelasan lengkap tentang praktik fake buyer yang saat ini sedang viral di sosial media. Praktik yang satu ini memang banyak digunakan oleh para penjual online yang tidak jujur sebagai usaha untuk meningkatkan reputasi sekaligus angka penjualan di toko mereka.
Sehingga pada akhirnya toko miliknya akan terlihat memiliki banyak review positif serta tingkat penjualan yang tinggi. Dengan tujuan agar produk-produknya akan mendapatkan insight yang lebih besar di platform toko online tersebut serta lebih mudah dipercayai oleh calon pembeli lainnya.