Di era digital saat ini, membeli game semakin mudah dengan hadirnya platform distribusi game seperti Steam dan GoG. Namun, banyak gamer yang masih belum memahami secara menyeluruh konsep lisensi game yang mereka beli. Pertanyaan yang sering muncul adalah, “Apakah kita benar-benar memiliki game yang kita beli di Steam atau GoG?” atau “Apa yang terjadi jika platform ini tutup di masa depan?”
Nyatanya, baik di Steam maupun GoG, saat membeli game, kalian sebenarnya hanya mendapatkan lisensi untuk memainkan game tersebut, bukan kepemilikan penuh. Perubahan aturan terbaru di Steam semakin memperjelas hal ini, tetapi sayangnya, banyak misinformasi yang beredar di kalangan gamer. Dalam artikel ini, Jakarta Studio akan mengupas tuntas apa itu lisensi game, bagaimana perbedaannya antara Steam dan GoG, serta mengapa hal ini penting untuk diketahui oleh para gamer.
Apa Itu Lisensi Game di Steam dan GoG?
Lisensi game digital seringkali menjadi topik yang membingungkan bagi banyak gamer. Ketika kalian membeli game di platform seperti Steam atau GoG, yang sebenarnya kalian beli bukanlah kepemilikan fisik dari game tersebut. Sebaliknya, kalian hanya mendapatkan hak atau lisensi untuk memainkan game di bawah syarat dan ketentuan tertentu.
Hal ini berbeda dengan membeli game dalam bentuk fisik, seperti CD atau cartridge, di mana kalian memiliki media fisiknya. Dalam dunia digital, lisensi adalah konsep yang mengatur hak akses kalian. Mari kita bahas lebih rinci perbedaan lisensi di Steam dan GoG.
Lisensi Game di Steam
Steam telah menjual lisensi game sejak awal kemunculannya. Meski begitu, banyak gamer baru menyadari konsep ini setelah Steam memperbarui syarat dan ketentuan mereka baru-baru ini. Perubahan ini memperjelas bahwa kalian hanya membeli lisensi, bukan kepemilikan penuh atas game yang kalian beli. Namun, penting untuk dicatat bahwa lisensi ini tidak memiliki batas waktu atau “kadaluarsa” setelah jangka waktu tertentu, seperti 10 tahun, seperti yang banyak disalahpahami.
Sebagai contoh, meskipun game yang kalian beli dicabut dari katalog Steam (delisting), kalian tetap bisa mengunduh ulang dan memainkan game tersebut selama kalian telah membelinya sebelum dihapus dari toko.
Lisensi Game di GoG
GoG atau Good Old Games menjadi alternatif populer bagi mereka yang ingin membeli game digital tanpa pembatasan Digital Rights Management (DRM). Fitur utama GoG adalah memungkinkan gamer mengunduh installer game dan menyimpannya secara lokal, bahkan jika game tersebut dicabut dari penjualan. Banyak yang menganggap hal ini sebagai kelebihan dibandingkan dengan Steam.
Namun, kenyataannya GoG juga hanya menjual lisensi game, sama seperti Steam. Perbedaan utamanya adalah lisensi di GoG tidak dilengkapi dengan DRM, yang membuat proses bermain lebih fleksibel. Akan tetapi, jika kalian menghapus installer game dan lupa mengunduhnya kembali sebelum GoG tutup atau berhenti beroperasi, kalian tetap akan kehilangan akses ke game tersebut.
Mitos dan Fakta Tentang Lisensi Game Digital
Dengan banyaknya informasi yang beredar di internet, tidak sedikit gamer yang salah memahami bagaimana lisensi game digital bekerja. Misinformasi ini seringkali diperburuk oleh beberapa kreator konten yang menyebarkan informasi yang tidak akurat. Mari kita luruskan beberapa mitos umum yang sering kali muncul terkait lisensi di Steam dan GoG.
Misinformasi yang Beredar di Kalangan Gamer
Salah satu mitos yang sering disebarkan adalah bahwa membeli game digital berarti kalian tidak memiliki apapun, dan game bisa dihapus begitu saja tanpa pemberitahuan. Kenyataannya, baik di Steam maupun GoG, kalian tetap memiliki akses ke game yang sudah kalian beli selama kalian mengikuti syarat dan ketentuan platform. Jika sebuah game dicabut dari penjualan, kalian masih bisa mengunduh ulang dan memainkan game tersebut jika sebelumnya sudah terdaftar di akun kalian.
Selain itu, ada anggapan bahwa game di GoG lebih aman dibanding Steam karena tidak memiliki DRM. Meskipun benar GoG menyediakan game tanpa DRM, ini tidak serta-merta membuat platform tersebut lebih “aman”. Jika GoG menutup layanannya di masa depan dan kalian belum mengunduh game-game yang kalian beli, risiko kehilangan tetap ada.
Fakta: Lisensi Game Sudah Lama Berlaku
Sistem lisensi sebenarnya bukan hal baru dalam industri game. Sejak era konsol seperti PlayStation atau Nintendo DS, kalian sebenarnya tidak membeli game dalam artian kepemilikan penuh, melainkan hanya lisensi untuk menggunakannya. Bedanya, dalam media fisik, lisensi ini terikat pada disk atau cartridge yang dapat kalian simpan.
Dengan berkembangnya teknologi dan peralihan ke distribusi digital, konsep lisensi ini diadopsi oleh platform seperti Steam dan GoG. Artinya, sistem yang kita lihat sekarang bukanlah hal baru, melainkan kelanjutan dari model yang sudah ada sejak lama.
Apa yang Terjadi Jika Steam atau GoG Tutup?
Salah satu kekhawatiran terbesar dari membeli game digital adalah apa yang terjadi jika platform tempat kalian membeli game tersebut tutup atau bangkrut. Kekhawatiran ini wajar, tetapi penting untuk memahami langkah-langkah yang diambil oleh platform seperti Steam dan GoG untuk menjaga akses kalian ke game yang sudah dibeli.
Komitmen Valve Terhadap Konsumen
Gabe Newell, pendiri Valve dan Steam, pernah membahas skenario di mana Steam mungkin akan ditutup. Dalam skenario tersebut, Valve berencana untuk menyediakan client Steam dengan fitur DRM yang dimatikan. Ini berarti, game yang kalian beli di Steam tetap bisa dimainkan tanpa harus terhubung ke internet atau server Steam.
Langkah ini menunjukkan komitmen Valve terhadap para penggunanya, yang selama bertahun-tahun telah mempercayakan investasi game digital mereka pada Steam. Meskipun kecil kemungkinan Steam akan tutup dalam waktu dekat, rencana ini memberikan ketenangan bagi para gamer yang khawatir kehilangan akses ke game mereka.
Apakah GoG Benar-Benar Aman?
Meskipun GoG menawarkan game tanpa DRM, ada risiko tersendiri jika platform ini tutup. Jika kalian belum mengunduh installer game yang kalian beli, dan GoG tiba-tiba menutup layanannya, kalian bisa kehilangan akses ke game tersebut.
Meskipun demikian, pendiri GoG telah menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk menyediakan hosting game-game yang telah dibeli, meskipun platform mereka harus berhenti beroperasi. Namun, komitmen ini belum diuji dalam skenario nyata, jadi sebaiknya gamer selalu menyimpan backup dari installer game yang mereka beli di GoG.
Kasus The Crew dan Kontroversi Lisensi Game
Salah satu contoh nyata dari kontroversi lisensi game adalah kasus The Crew, game besutan Ubisoft yang sempat dihapus dan menyebabkan gamer kehilangan akses. Banyak yang mengira ini adalah kesalahan Steam, padahal sebenarnya masalah ini lebih kompleks.
Mengapa Kontroversi The Crew Tidak Sepenuhnya Salah Steam?
Dalam kasus The Crew, Ubisoft sebagai penerbit memutuskan untuk menonaktifkan server online dan mencabut hak akses gamer untuk memainkan game tersebut. Steam hanya bertindak sebagai platform penjualan lisensi, dan tidak memiliki kontrol atas server atau kebijakan lisensi dari penerbit seperti Ubisoft.
Ini menunjukkan bahwa meskipun kalian membeli game di Steam, penerbit tetap memiliki kendali atas lisensi dan hak bermain game tersebut, terutama untuk game yang bergantung pada server online.
Apa Pelajaran yang Bisa Diambil dari Kasus Ini?
Kasus The Crew menunjukkan bahwa penting bagi gamer untuk memahami perbedaan antara lisensi game digital dan server online. Lisensi mungkin masih berlaku, tetapi jika server yang diperlukan untuk menjalankan game dinonaktifkan oleh penerbit, akses ke game tersebut juga hilang.
Untuk melindungi investasi kalian dalam game digital, pastikan untuk membeli game dengan opsi offline play jika memungkinkan, dan pertimbangkan risiko jangka panjang dari game yang bergantung pada server online.
Kesimpulan
Nah bagaimana, apakah sekarang kalian sudah paham apa yang dimaksud dengan lisensi game yang berlaku di platform seperti STEAM dan GoG? Jadi intinya, ketika kalian membeli sebuah game, kalian hanya mendapatkan lisensi untuk memainkan game tersebut dengan syarat dan ketentuan tertentu. Bukan berarti kalian memiliki gamenya secara penuh.