JSMedia – Swing trading adalah strategi menjual saham dengan menahan aset dan baru dilepas ketika harga saham mencapai nilai tertinggi. Strategi ini di satu sisi bisa mendapatkan keuntungan sangat besar, namun disisi lain potensi kerugiannya juga besar.
Investasi saham dan berbagai istilahnya memang terlihat membingungkan. Banyak istilah yang harus dipahami, tehnik juga strategi bila ingin terjun dalam dunia saham. Kuncinya, jangan terburu-buru ketika mengambil keputusan, karena saham lebih tak terduga dari arah mata angin.
Apa Itu Swing Trading?
Swing Trading merupakan strategi dalam dunia trading. Strategi ini dipercaya bisa mendapatkan keuntungan maksimal, dan pelakunya disebut swing trader.
Swing trader menggunakan analisa teknikal, fundamental, pola harga, dan tren, ketika menjual atau membeli saham. Jika semua perhitungan, analisa dan prediksi sejalan dengan yang terjadi, maka swing trader akan mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Ini lah daya tarik terbesar dalam dunia saham.
Cara Kerja Swing Trader
Ketika harga saham tinggi di awal perdagangan, swing trader akan menahan saham, berharap pada kemungkinan harga akan naik lagi. Namun swing trader bisa juga menjual sebagian saham, dan menahan sisanya untuk berjaga-jaga bila harga semakin naik.
Ketika dalam posisi menahan, swing trader bisa menunggu momen hingga hitungan bulan, untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak dari pergerakan harga.
Bahkan pemain saham ulung dan berpengalaman pun masih dapat melakukan kesalahan analisa, dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Contohnya, setelah melakukan berbagai analisa, akhirnya memutuskan untuk memborong banyak saham, ternyata harganya semakin merosot, dan tak kunjung naik.
Baca juga: DNA Pro Disegel, Benarkah Dinyatakan Ilegal Oleh Bapepti?
Cara Meminimalisir Resiko Swing Trading
Untuk meminimalisir resiko tersebut, swing trader harus bisa menentukan waktu jual, beli, dan jumlah sahamnya dalam waktu singkat. Tidak mudah memang untuk melakukannya, karena bisa menjadi bumerang bagi pemilik saham. Tambah potensi keberhasilan dan akurasi strategi ini dengan melakukan hal-hal berikut:
1. Menggunakan Strategi Average Down
Average down adalah strategi pembelian secara bertahap ketika harga jatuh. Logikanya, harga saham tadi dapat saja terus turun
dan membuat swing trader rugi semakin besar. Namun mengikuti sifat saham yang selalu naik turun, akan selalu ada kemungkinan harga saham tersebut kembali naik.
Sebelum melakukan average down, pastikan memilih saham perusahaan dengan fundamental baik dan stabil, juga punya peluang tumbuh cukup besar. Karena jika profil perusahaan sebaliknya, membeli sahamnya hampir pasti rugi.
2. Menggunakan Strategi Stop Loss
Ekspektasi atau prediksi seringkali meleset tak mau bertransformasi menjadi realita yang indah. Maksud hati mendapatkan keuntungan besar, namun pada kenyataannya kerugian besar di depan mata. Apabila swing trader dihadapkan pada kenyataan ini, maka lakukan stop loss.
Stop loss adalah perintah pada broker untuk menjual atau membeli saham ketika mencapai harga tertentu. Hal ini dapat membatasi kerugian swing trader ketika menjual atau membeli saham.
Baca juga: Harga Singa TikTok, Berapa Gift Untuk Donasi Live Streaming Viral?
3. Meminimalisir menggunakan Strategi Cut Loss
Cut loss merupakan upaya swing trader membatasi kerugian karena harga saham terus bergerak turun dengan menjualnya.
4. Akurasi
Kemampuan mengenali tren pasar dan akurasi dalam berhitung, akan membuat swing trader menghasilkan keputusan yang tepat.
5. Memahami Analisa
Poin penting dalam membeli saham adalah mengenali perusahaan yang menjualnya. Beli saham perusahaan yang memiliki usaha bagus dan laba besar, dengan demikian, swing trader seperti memiliki mesin pencetak uang. Hindari membeli saham dalam karung, atau saham dari perusahaan yang tidak jelas.
Akhir Kata
Keuntungan swing trader tanpa melakukan swing trading hanya berkisar 5 hingga 10% setiap minggu. Oleh karena itulah, banyak swing trader yang uji nyali dengan strategi ini.